Rabu, 8 Juni 2022

Hari Biasa, Pekan Biasa X

Warna Liturgi: Hijau

Bacaan I: 1Raj 18:20-39

Mazmur Tanggapan: Mzm 16:1-2a.4.5.8.11

Bait Pengantar Injil: Mzm 25:4c.5a

BACAAN INJIL: Mat 5:17-19

Doa Laudato Si'

Doa Malaikat Tuhan


Channel Youtube Paroki Cilacap

https://youtu.be/D1mkuRUeChI

ANTIFON PEMBUKA – Mazmur 16:11

Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan. Di hadapan-Mu terdapat sukacita berlimpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat abadi.

PENGANTAR:

Berapa kali lagi kalian berlaku timpang dan mendua hati?’ demikianlah pertanyaan Nabi Elia. Kita tak dapat mengimani Allah yang Maha Esa dan sekaligus dewa-dewa buatan manusia. Salah satu dewa buatan itu ialah membela hukum demi hukum tanpa semangat dan keyakinan. Yesus mewartakan Allah yang sama dengan Perjanjian Lama, tetapi mendekatkan kita dengan Allah, yang disebut-Nya Bapa-Nya dan Bapa kita.

DOA PEMBUKA:

Marilah bedoa: Allah Bapa yang Maha Esa, hukum dan nubuat para nabi telah terlaksana dalam diri Yesus, Tuhan Kami. Semoga hidup kami dijiwai oleh cinta kasih, yang pernah memenuhi gembala dan pemimpin kami menuju keabadian, ialah Yesus Kristus Putra-Mu, ….

Bacaan I: 1Raj 18:20-39

“Semoga bangsa ini mengetahui bahwa Engkaulah Tuhan, dan Engkaulah yang membuat hati mereka bertobat.”

P. Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja

Sekali peristiwa 20Raja Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel. 21Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: “Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.” Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun. 22Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: “Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya. 23Namun, baiklah diberikan kepada kami dua ekor lembu jantan; biarlah mereka memilih seekor lembu, memotong-motongnya, menaruhnya ke atas kayu api, tetapi mereka tidak boleh menaruh api. Akupun akan mengolah lembu yang seekor lagi, meletakkannya ke atas kayu api dan juga tidak akan menaruh api. 24Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan akupun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!” Seluruh rakyat menyahut, katanya: “Baiklah demikian!” 25Kemudian Elia berkata kepada nabi-nabi Baal itu: “Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama allahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api.” 26Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: “Ya Baal, jawablah kami!” Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. 27Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: “Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.” 28Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. 29Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian. 30Kata Elia kepada seluruh rakyat itu: “Datanglah dekat kepadaku!” Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. 31Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. –Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN: “Engkau akan bernama Israel .” — 32Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih. 33Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu. 34Sesudah itu ia berkata: “Penuhilah empat buyung dengan air, dan tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!” Kemudian katanya: “Buatlah begitu untuk kedua kalinya!” Dan mereka berbuat begitu untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: “Buatlah begitu untuk ketiga kalinya!” Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya, 35sehingga air mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itupun penuh dengan air. 36Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: “Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. 37Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.” 38Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. 39Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: “TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!”


Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 16:1-2a.4.5.8.11

Ref. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu, aku berlindung

Bait Pengantar Injil:

U : Alleluya

S : (Mzm 25:4c.5a) Tunjukkanlah lorong-Mu kepadaku, ya Tuhan, bimbinglah aku menurut sabda-Mu yang benar.

BACAAN INJIL: Mat 5:17-19

“Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi.”

I. Inilah Injil Suci menurut Matius

U. Dimuliakanlah Tuhan

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, 17“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18Karena Aku berkata kepadamu: Sungguh, selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. 19Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat-tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga. Tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga.”


Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Singkat (RESI)

RESI DIBAWAKAN OLEH Rm.Vincen Suparman SCJ 

Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria.

Dalam renungan kali ini kita membaca Injil Matius. Perikopa yang kita renungan hari ini berdekatan dengan perumpamaan tentang Garam dan Terang Dunia. Menjadi garam dan terang bagi sesame tidak perlu saya jelaskan. Saudara-saudari sudah sering membaca atau mendengarkan homily tentang perkara ini. Dalam realisasinya, khususnya dalam konteks kehidupan sehari-hari, praktiknya tentu tak semudah yang kita baca atau dengar dalam homily. Itu sebabnya, kita perlu memahami konteks biblis dan penafsirannya yang keduanya harus kita pertimbangkan secara jujur dan teliti.

Saya percaya bahwa kita harus cermat dalam membaca dan menafsirkan Kitab Suci, termasuk Injil dan perikopa-perikopa yang penuh dengan metafor dan perumpamaan. Karena Firman Tuhan itu ditulis berdasarkan inspirasi dari Roh Kudus, maka setiap kali kita merenungkan dan menafsirkan Kitab Suci, kita harus menyingkirkan keinginan untuk “terlalu kreatif” dalam menafsirkan ayat-ayat jauh dari inspirasi Roh Kudus. Berfikir secara kritis tentu salah satu cara untuk mencermati pesan yang terkandung di dalam Kitab Suci. Kita dapat saja berangkat dari kata kunci untuk memahami hukum kasih dalam Injil, terdiri dari dua kata, yaitu Kasihilah Allah dan kasihilah sesamamu. Agar kita dapat mencintai Allah tentu kita pertama-tama mencintai diri kita sendiri. Pada tahap kedua kita memperlakukan sesame kita seperti kita memperlakukan diri kita sendiri. Contohnya, kita tidak menghendaki seorangpun bertindak jahat kepada kita.

Kita harus menjaga kedua keutamaan ini di dalam hati dan fikiran kita agar kita bukan hanya mampu membentuk pribadi yang jujur, tetapi juga mampu membantu sesama dalam peziarahan hidup mereka  menuju kehidupan yang lebih baik. Tujuan yang lebih jauh ialah agar kita bisa berziarah bersama untu menyongsong kehidupan kekal. Pangilan lain yang jarang kita fikirkan ialah bahwa kita dipanggil untuk menjadi contoh. Menjadi teladan dalam mengamalkan kasih Kristus dan memupuk sikap-sikap Kristiani seperti: kerendah-hatian, sikap hormat, pengampunan, belarasa, belas kasih, dan damai semestinya menjadi buah-buah konkret dari penghayatan iman kita.

Dalam kehidupan sehari-hari orang cenderung memandang hukum secara negative. Sementara itu, Jesus datang bukan untuk menghapuskan hukum, tetapi justru menggenapi hukum yang sudah ada.”Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.”(Mz 119:97). Bagi orang Israel “Hukum” bearti Taurat, kelima Kitab Musa yang juga disebut Pentateukh.

Pada zaman Jesus orang-orang memakai hukum sebagai tuntutan hidup disamping aturan-aturan lisan. Dalam praktiknya orang-orang sering menambahkan kebiasan-kebiasan adat-istiadat yang tidak perlu. Praktik semacam ini bearti menambahkan beban dalam hidup umat – yang tidak dikehendaki  oleh Tuhan sendiri. Memahami penghayatan hidup beragama semacam itu, Jesus menafsirkan hukum secara jelas: Hakikat hukum adalah peraturan dan jalan-jalan yang mengantar manusia kepada kehidupan yang baik.

Hukum dibuat untuk mengantar manusia kepada kebenaran yang oleh karenanya manusia diantar kepada kejujuran, kesucian, damai, dan bahagia. Jesus menunjukkan beberapa aspek dari bentuk konkret dari pelaksanaan hukum: menghormati orang tua, menghargai kehidupan, menghargai hak milik orang lain, menjaga nama baik seseorang, menghormati sesame, dsb.

Menghormati hukum Tuhan membuat kita sadar akan jalan hidup atas dasar kasih, yaitu mengasihi Allah dan sesame. Apa yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia, bagi Allah hal itu mungkin. Keyakinan semacam ini hendaknya dimiliki oleh setiap orang beriman. Kepada kita, manusia, Allah mencurahkan rahmat-Nya agar kita senantiasa mampu mengasihi dan mengampuni sesiapa yang berbuat salah kepada kita. Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil dan jujur dan membenci pelbagai bentuk perbuatan jahat. Sebagai orang beriman marilah kita berjuang memaknai Hukum sebagai tuntunan hidup yang mengantar kita kepada situasi kehidupan yang lebih baik dengan menghindarkan diri dari perangkap-perangkap yang menjerumuskan kita ke dalam dosa. Amin.

Sumber 

https://resi.dehonian.or.id/2022/06/06/rabu-08-juni-2022-hari-biasa-pekan-x/