Selasa, 7 Juni 2022

Hari Biasa, Pekan Biasa X

Warna Liturgi: Hijau

Bacaan I: 1Raj 17:7-16

Mazmur Tanggapan: Mzm 4:2-3.4-5.7-8

Bait Pengantar Injil: Mat 5:16

BACAAN INJIL: Mat 5:13-16

Doa Laudato Si'

Doa Malaikat Tuhan


Channel Youtube Paroki Cilacap

https://youtu.be/euVYJdkXSk8

ANTIFON PEMBUKA – Matius 5:13

Kalian ini garam dunia. Jika garam menjadi tawar, dengan apakah dapat diasinkan lagi? Tiada gunanya selain dibuang dan diinjak-injak orang.

PENGANTAR:

Si janda Sarfat memberikan miliknya yang terakhir kepada Nabi Elia, utusan Allah. Habislah sudah semuanya, tinggal harapannya pada Tuhan. Maka ia diganjar dengan rezeki melimpah. Dengan demikian, ia menunjukkan jalan untuk menjadi garam dan cahaya bagi manusia.

DOA PEMBUKA:

Marilah bedoa: Allah Bapa sumber kehidupan sejati, Engkau menghendaki semua orang menerima rezeki dan dihidupi oleh sabda Yesus, Sang Nabi Agung. Kami bersyukur atas semuanya itu, tetapi memohon, berkenanlah Engkau menjadi pegangan andalan kami entah hidup entah mati. Demi Yesus kristus Putra-Mu, ….

Bacaan I: 1Raj 17:7-16

“Tempat tepungnya tak pernah kosong sesuai dengan sabda Tuhan yang diucapkan Nabi Elia.”

P. Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja

7Pada waktu itu Sungai Kerit menjadi kering, sebab hujan tiada turun-turun di negeri itu. 8Maka datanglah sabda Tuhan kepada Elia, 9“Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.” 10Maka Elia pun bersiap-siap, lalu pergi ke sarfat. Ketika ia tiba di dekat gerbang kota, tampaklah seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Elia berseru kepada perempuan itu, “Cobalah, ambilkan daku sedikit air dalam kendi untuk kuminum.” 11Ketika wanita itu pergi mengambil air, Elia berseru lagi, “Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.” 12Wanita itu menjawab, “Demi Tuhan Allahmu yang hidup, sesungguhnya tiada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, sebentar lagi aku pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.” 13Tetapi Elia berkata kepadanya, “Janganlah takut, pulanglah, dan buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku; kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. 14Sebab beginilah sabda Tuhan Allah Israel, “Tepung dalam tempayan itu takkan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun takkan berkurang sampai tiba waktunya Tuhan menurunkan hujan ke atas muka bumi.” 15Maka pergilah wanita itu, berbuat seperti yang dikatakan oleh Elia. Maka Elia, wanita itu dan anaknya mendapat makan beberapa waktu lamanya. 16Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang sesuai dengan sabda Tuhan yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.


Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 4:2-3.4-5.7-8

Ref. Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya Tuhan.

Bait Pengantar Injil:

U : Alleluya

S : (Mat 5:16) Hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuji Bapa-Mu di surga.

BACAAN INJIL: Mat 5:13-16

“Kamu adalah garam dunia”

I. Inilah Injil Suci menurut Matius

U. Dimuliakanlah Tuhan

Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda, 13“Kalian ini garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah dapat diasinkan? Tiada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang. 14Kalian ini cahaya dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. 15Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. 16Demikianlah hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu di surga.”


Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Singkat (RESI)

RESI DIBAWAKAN OLEH Rm. Antonius Tugiyatno SCJ

Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria.

Saudara–saudari sahabat Resi Dehonian yang dikasihi oleh Tuhan, kita berjumpa kembali dalam Resi renungan singkat Dehonian, edisi Selasa pekan biasa ke X, 7 Juni  2022. Kali ini bersama saya Romo Antonius Tugiyatno SCJ dari Komunitas Kokonao Papua. Hari ini kita akan mendengarkan dan merenungkan bacaan dari Injil Matius 5: 13-16. Tema permenungan kita hari ini tentang garam dunia. Marilah kita memulainya dengan membuat tanda kemenangan Tuhan, dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.

Saudara-saudari yang dikasihi oleh Tuhan ketika membaca perikop Injil hari ini dengan tema garam saya mencoba untuk mencari kata gula dalam alkitab. Ternyata hasilnya tidak ada, paling-paling yang ada tentang ragi. Mungkin cerita-cerita tokoh Alkitab yang umurnya panjang tidak sakit gula karena memang menurut tafsir zaman dulu garam adalah sebagai bumbu utama. Mungkin pada zaman itu belum dikenal kecap Inggris, saus Thailand dan sebagainya. Selain itu kualitas garam pada zaman dulu berbeda dengan garam yang sekarang ini. Dahulu garam dibuat dengan manual sehingga pada jangka waktu tertentu kadar asinnya bisa menguap yang membuat rasanya menjadi tidak asin lagi. Walaupun bentuknya masih butiran-butiran kristal tetapi sudah tidak dapat mempengaruhi rasa. Yang aneh pada zaman ini garam bisa berubah menjadi kambing hitam. Ketika orang memasak terlalu asin, yang disalahkan garam karena terlalu banyak. Kalau masakan rasanya kurang asin garam lagi yang disalahkan garamnya kurang. Tetapi bila rasanya enak, yang dikatakan adalah sayurnya enak. Bumbunya mantab. Dagingnya lezat dan sebagainya dan garam jarang disebut lagi.

Saudara-saudari yang dikasihi oleh Tuhan, menurut menurut pepatah filsuf Socrates dia mengatakan bahwa “peristiwa hidup manusia yang tidak direnungkan dan diberi makna sesungguhnya tidak layak untuk dijalani”. Lebih dari itu bila direnungkan melalui tema garam dunia, maka setiap peristiwa hidup yang kita lakukan, hanya akan menjadi berarti bila perbuatan itu berdayaguna bagi orang lain ataupun kita sendiri. Perbuatan itu akan menjadi berarti bila berdampak positif bagi sesama ataupun kita sendiri. Sedangkan perbuatan yang tidak mengubah, atau yang tidak memiliki dampak kebaikan itu sia-sia bagaikan garam yang kadaluarsa rasanya tidak asin lagi.

Garam tidak diciptakan untuk mengasinkan dirinya sendiri, tetapi dia akan menjadi bermakna, akan ada gunanya bila bahan makanan yang dibumbui menjadi memiliki rasa. Begitu pula segenap talenta, segenap kepandaian kita hanya akan membawa dampak perubahan baik, bila nilai-nilai perbuatan itu dibagikan kepada sesama. Kalau kita melakukan satu perbuatan baik walaupun itu hal yang paling kecil, nilainya tidak pernah sederhana. Saat kita menaburkan kebaikan bagi orang lain, tindakan itu bagaikan menaburkan garam yang memberi rasa dan mempengaruhi situasi hidup sosial. Kita pasti sudah tahu dan tidak perlu memperdebatkan tentang apa itu kebaikan, tetapi lakukan kebaikan mulai dari sekarang. Walaupun di televisi, di media sosial juga seringkali terjadi debat siapa tokoh yang paling baik, sumbanganya apa yang paling baik dan sebagainya toh terkadang dalam suatu perdebatan muncul adanya perpecahan. Banyak yang berdebat tentang kebaikan tetapi jangan sampai lebih sedikit orang yang berbuat kebaikan.  Semoga permenungan tentang garam dunia menjadikan hidup kita pun selalu memberikan perubahan yang baik diri kita sendiri. Memberikan perubahan yang baik bagi bagi sesama. Memberikan perubahan yang baik bagi dunia. Semoga Hati Kudus Yesus, selalu merajai hati kita.

Sumber 

https://resi.dehonian.or.id/2022/06/06/selasa-07-juni-2022-hari-biasa-pekan-x/